Laman

Jumat, 20 Februari 2015

Renungan Harian : Tak Terselami

Pekerjaan Dan Jalan Tuhan Tidak Terselami
Wahyu 15 : 3 

Bac. Pagi : Daniel 9 : 15 – 25                    Bac. Malam : 2 Timotius 4 : 1 – 5

Buku Ende No. 585 : 1 + 3 


Ada rupa-rupa perasaan yang dirasakan oleh seseorang ketika ia bernyanyi. Perasaan tenang, nyaman, senang akan dirasakannya setelah ia bernyanyi. Itulah manfaat bernyanyi. Karena dengan bernyanyi ia dapat menyalurkan aspirasi hatinya termasuk unek-unek hatinya.

Umat Kristen dikenal sebagai umat yang bernyanyi. Umat Kristen percaya bahwa nyanyian itu bukan bagian dari ibadah, melainkan bahwa nyanyian itu adalah ibadah itu sendiri. itu sebabnya nyanyian itu tidak terlepas dari kehidupan orang Kristen.  Ada berbagai bentuk nyanyian ibadah yang olehnya umat Kristen dapat menyalurkan aspirasi hatinya, yaitu: nyanyian pujian, nyanyian syukur, nyanyian pengakuan dosa, nyanyian kemenangan dan nyanyian lainnya.

Nats ini adalah bagian dari nyanyian tersebut, yaitu nyanyian kemenangan. Umat yang telah dimenangkan oleh Kristus bernyanyi menyanyikan kemenangannya. Melalui nyanyian ini umat percaya bahwa mereka menang bukan karena diri mereka melainkan karena besar dan ajaib pekerjaan Tuhan, adil dan benar segala jala Tuhan. artinya, manusia memperoleh kemenangan bukan karena kekuatannya melainkan oleh karena Kristus sendiri.

Ada empat hal yang perlu kita pahami dalam nyanyian kemenangan ini, yaitu :
1. Besar Pekerjaan Tuhan
Pekerjaan Tuhan amatlah besar dan tidak dapat di bandingkan dengan pekerjaan manusia. Kendati pekerjaan manusia, secara manusiawi, amatlah besar, yaitu lewat penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, tetapi itu tetap tidak sebanding dengan pekerjaan Tuhan. Tuhan menciptakan dunia, dan Dia juga bekerja untuk mengelola keseimbangan dunia serta menjaga tatanan alam semesta. Ia bekerja membangunkan fajar dan mendatangkan malam. Ia bekerja untuk mengajari anak-anak ikan berenang, anak-anak burung terbang bebas. Ia juga bekerja untuk memberikan segala kebutuhan manusia. Dan yang paling penting, ia bekerja untuk memberikan keselamatan bagi umat manusia.

2. Ajaib Pekerjaan Tuhan
Pekerjaan-pekerjaan Tuhan sangatlah ajaib. Keajaiban dari pekerjaan Tuhan itu nampak dari “segala sesuatu untuk keutuhan hidup manusia.” Tidak seperti pekerjaan atau usaha yang dilakukan manusia, di mana pekerjaan dan usaha itu bisa berdampak positif dan juga berdampak negatif, tergantung pada orangnya. Pekerjaan Tuhan bukan tergantung pada orangnya, dan tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga memiliki dampak negatif bagi manusia. Terkadang kita mampu, tetapi lebih banyak kita tidak mampu untuk memahami bagaimana Tuhan bekerja, tetapi hasil dari pekerjaan Tuhan itu dapat kita rasakan.

3. Jalan Tuhan Adalah Adil
Pada umumnya semua manusia menginginkan keadilan dalam hidupnya. Itulah yang diharapkan manusia dari lembaga-lembaga hukum, agar hidupnya penuh keadilan. Akan tetapi, apa yang kita harapakan tentang keadilan dari lembaga-lembaga tersebut, seringkai tidak tercapai. Keadilan sejati hanya kita temukan di dalam Tuhan, karena dikatakan semua jalan Tuhan itu adalah adil. Tuhan membiarkan matahai bersinar untuk menyinari setiap orang, tidak peduli baik atau jahat, kaya atau miskin-nya manusia. Tuhan juga mendatangkan hujan bagi setiap orang, tidak peduli baik atau jahat, kaya atau miskin-nya manusia. Secara khusus tentang keselamatan, Kristus telah mati bagi setiap orang. Bukan hanya untuk orang Yahudi, orang Yunani, orang Kristen, tetapi untuk semua orang. Tidak pandang suku atau ras, tetapi untuk semua orang, bahkan untuk semua makhluk.

4. Jalan Tuhan adalah Benar
Jalan manusia bisa saja salah apakah itu berupa keputusan, rencana dan lain sebagainya. Tetapi jalan Tuhan selamanya adalah benar. Dia tidak akan pernah memberikan yang salah kepada manusia, tetapi yang benar yang menyempurnakan hidup manusia. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat memperdebatkan tentang kebenaran jalan Tuhan.

Tentu pekerjaan dan jalan Tuhan, tidak semuanya dapat diterima secara logika. Ada hal-hal yang dapat diterima secara logika, tetapi ada hal-hal yang tidak dapat diterima oleh logika, yaitu yang hanya dapat diterima oleh iman. Itu sebabnya kita bernyanyi, “jalanMu tak terselami”. Tetapi dengan iman kita mengaku, bahwa segala pekerjaan dan jalan Tuhan adalah untuk kebaikan kita.  – Amin -

Kamis, 19 Februari 2015

Renungan Harian : Upah Kesetiaan



Upah Kesetiaan
Rut 2 : 12

Bac. Pagi : 1 Yohanes 1 : 3 – 10                 Bac. Malam : Daniel 9 : 1 – 14


Buku Ende No. 117 : 1 + 3

Betapa sering kita mendengar perkataan “setia” atau “kesetiaan.” Dalam hubungan dengan sesama, perkataan Setia berarti  tidak ingkar, loyal, dan tidak berpaling. Sedangkan dalam hubungan dengan Tuhan, istilah setia berarti menanggalkan cita-cita, ambisi pribadi dan menaruhnya di bahwa cita-cita atau kehendak Allah. Setia kepada Allah artinya, mengosongkan diri dari kepentingan diri dan membuka diri terhadap kuasa dan kehendak Allah, sehingga kuasa dan kehendak Allah itulah yang menjadi dasar kita berbicara, berperilaku dan berencana. Kesetiaan kepada Allah juga berarti mengabdi kepada Allah. Dengan kata lain, orang yang setia adalah abdi Allah. 

Rut adalah simbol kesetiaan. Setia kepada mertuanya, meskipun suaminya telah mati. Bahkan dia tidak ingin kembali ke rumah orangtuanya, ketika mertuanya menyuruhnya kembali. Pernyataan yang luar biasa ketika ia berkata, “.......sebab kemana engkau pergi, kesitu jugalah aku pergi....bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.....” (1:16-17). Allah yang dipercayai mertuanya, Naomi, ia akan percayai. Allah yang sebelumnya ia tidak kenal, ia mau mengenalnya secara lebih dalam. Karena kesetiaannya, dia mau menjalani hidup, yang walaupun dia sendiri tidak tahu bagaimana kelanjutan hidupnya bersama Naomi. Itulah kesetiaan Rut. Dan justru oleh kesetiaan itu, dalam ayat ini dia di doakan oleh Boas. Melalui doa itu, Boas berharap agar Rut beroleh imbalan yang hanya Allah sendiri yang dapat memberikan imbalan itu. Boas menginginkan agar berkat-berkat mengalir dalam kehidupan Rut. Berkat-berkat yang di harapkan Boas untuk Rut, adalah berkat-berkat yang tidak dapat diberikan oleh manusia, melainkan berkat yang hanya Allah sendiri dapat memberikannya. Itulah doa dan harapan Boas terhadap seseorang yang baru ia kenal, namun bangga kepada kesetiaan orang yang baru ia kenal itu. 

Doa dan harapan ini memperlihatkan berkat yang akan diterima oleh Rut sebagai seseorang yang setia kepada Allah, yang datang dan berlindung di bawah sayap-Nya. Berkat itu adalah, di mana Allah sendiri yang akan menjadi pembelanya dalam setiap perkara hidupnya. Artinya, Allah sendirilah yang menjadi pengawalnya, dan Allah tidak akan membiarkan musuh-musuh kehidupannya menang. 

Perkataan “dibawah sayapNya” ini sering kita jumpai dalam kitab Mazmur. Dan Yesus juga pernah mengutipnya, yaitu dalam Matius 23:37. Bila induk burung melebarkan sayap-sayapnya di atas anak-anaknya, melindungi mereka dengan hidupnya, musuh yang sedang mengintai tidak akan dapat melihatnya. Apalagi kalau Tuhan yang melindungi kita di bawah sayapNya, Tuhan pasti akan membela setiap orang yang datang dan berlindung di bawah sayapNya. Sama seperti Rut, Tuhan juga akan membela kita dalam setiap perkara hidup kita, apabila kita setia kepadaNya. Tuhan tidak akan membiarkan musuh-musuh kehidupan kita menang, sebab Tuhanlah yang mengawal kita. Bahkan, musuh-musuh kehidupan kita pun tidak akan sampai menyentuh kita, sebab kita berada dalam naungan sayapNya. Itulah upah dari kesetiaan. Itulah upah yang akan diterima oleh orang-orang yang setia kepada Allah. oleh karena itu, belajarlah untuk setia, sama seperti Rut, seorang yang setia. – Amin -

Selasa, 17 Februari 2015

Renungan Harian : Tuhan Menyertai

Tuhan Menyertai
Kejadian 39 : 23

Bac. Pagi : Kis. 19 : 11 – 20                  Bac. Malam : Imamat 14 : 1 – 20

Buku Ende No. 463 : 1


Tentu, kita sudah sering mendengar bahkan mengucapkan kata-kata “Tuhan Menyertai(mu).” Dengan ungkapan ini kita mendoakan seseorang agar kiranya Tuhan memberkati dan menyertainya dalam perjalanan hidup atau dalam setiap rencananya. Tetapi seringkali orang salah mengerti tentang ungkapan ini. Di mana ketika kita mengucapkan, Tuhan menyertai(mu), kepada seseorang maka pengertian kita, otomatis dia akan selamat atau jauh dari marah-bahaya. Padahal sebenarnya tidak. Itu sebabnya ketika terjadi kecelakaan, maka sangat cepat kita menyalahkan Tuhan.

Tuhan menyertai, itu bukan berarti kita jauh dari segala persoalan hidup. Sama seperti yang yang di beritakan nats ini. Di katakan bahwa karena Allah menyertai Yusuf, maka setiap apa yang dikerjakan Yusuf dibuat Tuhan berhasil. Dikatakan berhasil, bukan berarti tanpa tantangan, kesulitan, atau mara-bahaya. Bahkan ketika kita membaca perikop ini, sangat jelas di katakan bahwa Yusuf di penjara oleh karena fitnah dari isteri potipar, atau ketika kita membaca riwayat Yusuf, kita akan dikejutkan dengan kenyataan bahwa ternyata saudara-saudaranyalah yang menjual dia ke saudagar kaya oleh karena mereka iri kepada Yusuf. Kesulitan-kesulitan itulah yang dialami oleh Yusuf. Tetapi dalam setiap kesulitan itu ia melihat dengan jelas penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Merasakan penyertaan Tuhan artinya, ia merasakan bagaimana Tuhan memberi dia kekuatan untuk menjalani segala pencobaan hidupnya. Dan dengan kesaksian itu, ia mengimani bahwa rancangan kejahatan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya dan juga rancangan kejahatan yang dilakukan oleh orang lain (isteri potipar), itu semua Tuhan pakai dan Tuhan ubah menjadi rancangan yang baik.

Banyak kesulitan, pergumulan atau mara-bahaya yang akan kita hadapi, meskipun Tuhan menyertai kita. Tetapi yang pasti, bila kita setia sama seperti Yusuf setia kepada Tuhan, maka Tuhan juga akan memberi kita hikmat dan kekuatan untuk menghadapi segala kesulitan-kesulitan tersebut, dan Tuhan akan menjadikan pekerjaan kita berhasil, sama seperti Yusuf. Kita menilai keberhasilan Yusuf adalah ketika dia di angkat menjadi nomor dua yang berkuasa di Mesir. Tetapi sebenarnya, jauh sebelumnya Yusuf telah berhasil, yaitu berhasil di dalam kesulitan-kesulitan yang ia hadapi. Keberhasilan kita dalam penyertaan Tuhan pun tidak diukur ketika kita sampai ke puncak karier kita, tetapi ketika kita mampu melewati kusulitan demi kesulitan, pergumulan demi pergumulan bahkan fitnah demi finah yang kita terima dari orang-orang yang tidak menyukai kita, itulah keberhasilan. Tetapi sama seperti kesaksian Yusuf, bahwa kita berhasil bukan karena kekuatan kita melainkan karena penyertaan Tuhan. – Amin -  

Senin, 16 Februari 2015

Renungan Harian : Menolong Mereka Yang Ragu


Menolong Mereka Yang Ragu
Yudas 1 : 22 


Bac. Pagi : Imamat 13 : 1 – 17                                           Bac. Malam : Ibrani 12 : 3 – 6


Buku Ende No. 171 : 1 – 2

Ada pepatah mengatakan, “keraguan tidak akan pernah membawa kita kepada pilihan yang tepat.” Kita dapat menjelaskan pepatah tersebut dengan berbagai pengartian. Orang yang ragu-ragu menunjukkan bahwa dia belum merdeka dalam dirinya. Orang yang ragu-ragu tidak akan dapat membuat keputusan dengan tegas. Orang yang ragu-ragu tidak akan percaya bukan hanya kepada keputusan orang lain, melainkan juga kepada keputusannya sendiri. Orang yang ragu-ragu juga dapat takut karena dibayang-bayangi oleh rupa-rupa perasaan yang belum terjadi. Bahkan dengan tegas Yakobus menyebutkan, “sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang hidupnya” (1:8). Orang yang ragu, yang mendua hati, akan selalu gusar dalam hidupnya. Dia tidak akan pernah merasa nyaman dalam setiap kata, pikiran terlebih keputusan yang ia perbuat. Itulah gambaran orang yang berada dalam keraguan.  

Kitab Yudas memberi 3 pengertian tentang keraguan. Pertama, kurang percaya (skeptis). Gambarannya adalah bahwa dia akan susah mempercayai sesuatu yang walaupun hatinya percaya. Kedua, terluka. Dalam pengertian ini, orang yang ragu-ragu akan terluka oleh karena berbagai impian dan cita-cita yang ia harapkan tidak terwujud, sehingga dia kecewa dan kekecewaan itu membuat dia terluka amat dalam. Ketiga, kelemahan/kekurangan. Dalam pengertian ini, orang yang ragu-ragu akan lebih cenderung menilai dirinya atau orang lain dari segi kekuarangan atau kelemahan. Dia hanya akan mengingat kegagalan demi kegagalan yang pernah ia hadapi dan menimbulkan sikap pasrah sehingga takut melankutkan perjalanannya.  

Dengan pengertian yang demikian, maka kita dapat memastikan bahwa dalam bergaul dengan orang lain, orang yang ragu-ragu ini pun akan mengalami kesulitan. Sebabnya,  banyak orang yang tidak suka bergaul dengan orang yang ragu-ragu. Banyak orang yang tidak suka bergaul dengan orang yang tidak punya pendirian, atau yang pendiriannya tidak jelas, terlebih di lingkungan pekerjaan atau kelompok masyarakat. 

Itu hanyalah gambaran dalam bergaul dengan sesama. Yang kita takutkan adalah jika keragu-raguan itu juga mempengaruhi iman seseorang. Apa jadinya jika ada orang yang ragu tentang Tuhan dan kuasaNya? Apa jadinya jika ada orang yang ragu bahwa Tuhan adalah penolongnya? Dan apa jadinya jika ada orang yang ragu bahwa Kristus mati hanya untuk dosa-dosanya? Ketiga pertanyaan tersebut hanyalah perwakilan dari sekian banyak pertanyaan yang bisa muncul di benak kita mengenai orang yang ragu dalam imannya. Dan yang pasti, orang yang ragu dalam iman akan menemui kebinasaan. Kebinasaan bukan dalam arti fisik tetapi dalam arti pengharapan. Dia akan hilang harapan sehingga dia berjalan tanpa  arah dan tujuan. 
 
Kepada mereka yang ragu-ragu, nats ini mengajak kita untuk menunjukkan belas kasihan. Sebagai orang percaya, kita di ajak untuk peduli kepada mereka, untuk mengajar mereka terlebih untuk berbelas kasihan kepada mereka. Belas kasihan dalam nats ini mempunyai arti: pertama, membungkuk. Kita harus merendah dalam bergaul dengan mereka. Jangan menunjukkan sikap seolah-olah kitalah yang paling benar. Kedua, bersikap ramah. Sikap menerima antara satu dengan yang lain, terlebih menerima mereka dengan keadaan mereka. Bukan justru menghidari mereka dalam pergaulan. Ketiga, memberi kasih. Mengasihi mereka bukan seperti apa yang ada dalam pikiran kita, melainkan mengasihi mereka sebagaimana mereka adanya. Keempat, mendoakan. Berdoalah bagi mereka yang berada dalam keragu-raguan. Keragu-raguan hanya dapat disembuhkan oleh sesuatu yang pasti. Dan yang dapat memberi kepastian itu hanyalah Tuhan. oleh karena itu kita berdoa kepada Tuhan agar Tuhan mengambil sikap ragu-ragu itu dari mereka dan menggantikannya dengan sikap percaya. Itulah tugas kita sebagaimana yang dianjurkan oleh nats ini, menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu. – Amin -