Menolong
Mereka Yang Ragu
Yudas
1 : 22
Bac. Pagi : Imamat 13 : 1 – 17 Bac. Malam : Ibrani 12 : 3 – 6
Buku Ende No. 171 : 1 – 2
Ada pepatah
mengatakan, “keraguan tidak akan pernah
membawa kita kepada pilihan yang tepat.” Kita dapat menjelaskan pepatah
tersebut dengan berbagai pengartian. Orang yang ragu-ragu menunjukkan bahwa dia
belum merdeka dalam dirinya. Orang yang ragu-ragu tidak akan dapat membuat keputusan
dengan tegas. Orang yang ragu-ragu tidak akan percaya bukan hanya kepada
keputusan orang lain, melainkan juga kepada keputusannya sendiri. Orang yang
ragu-ragu juga dapat takut karena dibayang-bayangi oleh rupa-rupa perasaan yang
belum terjadi. Bahkan dengan tegas Yakobus menyebutkan, “sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang hidupnya” (1:8).
Orang yang ragu, yang mendua hati, akan selalu gusar dalam hidupnya. Dia tidak
akan pernah merasa nyaman dalam setiap kata, pikiran terlebih keputusan yang ia
perbuat. Itulah gambaran orang yang berada dalam keraguan.
Kitab Yudas memberi 3
pengertian tentang keraguan. Pertama, kurang
percaya (skeptis). Gambarannya adalah bahwa dia akan susah mempercayai
sesuatu yang walaupun hatinya percaya. Kedua, terluka. Dalam pengertian ini, orang yang ragu-ragu akan terluka
oleh karena berbagai impian dan cita-cita yang ia harapkan tidak terwujud,
sehingga dia kecewa dan kekecewaan itu membuat dia terluka amat dalam. Ketiga, kelemahan/kekurangan. Dalam pengertian
ini, orang yang ragu-ragu akan lebih cenderung menilai dirinya atau orang lain
dari segi kekuarangan atau kelemahan. Dia hanya akan mengingat kegagalan demi
kegagalan yang pernah ia hadapi dan menimbulkan sikap pasrah sehingga takut
melankutkan perjalanannya.
Dengan pengertian
yang demikian, maka kita dapat memastikan bahwa dalam bergaul dengan orang
lain, orang yang ragu-ragu ini pun akan mengalami kesulitan. Sebabnya, banyak orang yang tidak suka bergaul dengan
orang yang ragu-ragu. Banyak orang yang tidak suka bergaul dengan orang yang
tidak punya pendirian, atau yang pendiriannya tidak jelas, terlebih di
lingkungan pekerjaan atau kelompok masyarakat.
Itu hanyalah gambaran
dalam bergaul dengan sesama. Yang kita takutkan adalah jika keragu-raguan itu
juga mempengaruhi iman seseorang. Apa jadinya jika ada orang yang ragu tentang
Tuhan dan kuasaNya? Apa jadinya jika ada orang yang ragu bahwa Tuhan adalah
penolongnya? Dan apa jadinya jika ada orang yang ragu bahwa Kristus mati hanya
untuk dosa-dosanya? Ketiga pertanyaan tersebut hanyalah perwakilan dari sekian
banyak pertanyaan yang bisa muncul di benak kita mengenai orang yang ragu dalam
imannya. Dan yang pasti, orang yang ragu dalam iman akan menemui kebinasaan.
Kebinasaan bukan dalam arti fisik tetapi dalam arti pengharapan. Dia akan
hilang harapan sehingga dia berjalan tanpa
arah dan tujuan.
Kepada mereka yang
ragu-ragu, nats ini mengajak kita untuk menunjukkan belas kasihan. Sebagai
orang percaya, kita di ajak untuk peduli kepada mereka, untuk mengajar mereka
terlebih untuk berbelas kasihan kepada mereka. Belas kasihan dalam nats ini
mempunyai arti: pertama, membungkuk.
Kita harus merendah dalam bergaul dengan mereka. Jangan menunjukkan sikap
seolah-olah kitalah yang paling benar. Kedua, bersikap ramah. Sikap menerima antara satu dengan yang lain,
terlebih menerima mereka dengan keadaan mereka. Bukan justru menghidari mereka
dalam pergaulan. Ketiga, memberi kasih.
Mengasihi mereka bukan seperti apa yang ada dalam pikiran kita, melainkan
mengasihi mereka sebagaimana mereka adanya. Keempat, mendoakan. Berdoalah bagi mereka yang berada dalam keragu-raguan.
Keragu-raguan hanya dapat disembuhkan oleh sesuatu yang pasti. Dan yang dapat
memberi kepastian itu hanyalah Tuhan. oleh karena itu kita berdoa kepada Tuhan
agar Tuhan mengambil sikap ragu-ragu itu dari mereka dan menggantikannya dengan
sikap percaya. Itulah tugas kita sebagaimana yang dianjurkan oleh nats ini, menunjukkan
belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu. –
Amin -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar